PROSES MANAJEMEN
Anggota
Kelompok 2:
1.
Asma’
Hanifah (2101411148)
2.
Eka
Setiyawati (2101411052)
3.
Eka
Lutfiyatun (2303411022)
4.
Wihdati
Martalyna (4101411001)
5.
Fajar
Bayu Ardiansyah (6101411045)
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGANTAR
Manajemen
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer, dalam
kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi sekolah dapat dijabarkan melalui
proses yang harus dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.
Proses
kegiatan manajemen yang dilakukan oleh seorang manajer memang masih menjadi
perdebatan, karena setiap ahli mengemukakan pendapat yang berbeda sesuai dengan
aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan manajemen. Dalam prakteknya pembagian
proses ini tidak dapat dibedakan secara tegas dan tajam, karena setiap manajer
dalam setiap usaha atau aktivitas pencapaian tujuan harus melaksanakan semua
proses manajemen, hanya penekanannya yang berbeda.
Setiap
manajer sekolah dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya dan kepemimpinannya
untuk mencapai tujuan harus melakukan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian dengan baik.
1.2 TUJUAN
PEMBELAJARAN
1.
Menjelaskan
proses manajemen yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan organisasi
sekolah
2.
Menjelaskan
pengertian perencanaan
3.
Menjelaskan
pengertian pengorganisasian
4.
Menjelaskan
pengertian penggerakan
5.
Menjelaskan
pengertian pengendalian
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer, dalam kaitannya dengan pencapaian
tujuan organisasi sekolah dapat dijabarkan melalui proses yang harus dalakukan
berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.
Proses kegiatan manajemen yang dilakukan
oleh seorang manajer memang masih menjadi perdebatan, karena setiap ahli
mengemukakan pendapat yang berbeda sesuai dengan aktivitas yang dilakukan dalam
kegiatan manejemen. Dalam prakteknya pembagian proses ini tidak dapat dibedakan
secara tegas dan tajam, karena setiap manajer dalam setiap usaha atau aktivitas
pencapaian tujuan harus melaksanakan semua proses manajemen, hanya penekanannya
yang berbeda.
Setiap manajer sekolah dalam
pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya dan kepemimpinannya untuk mencapai tujuan
harus melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
dengan baik.
Seorang manajer sekolah dalam pencapaian sekolah
melakukan serangkaian aktivitas yang saling berhubungan dan memiliki tingkatan
atau jenjang tertentu, dalam hal ini yang dimaksud dengan
proses.Prosesmanajemen yang bersifat
mendasar adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Terry (1990 : 15)
yaitu meliputi:
1.
Perencanaan
(Planning)
Merencanakan
pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada massa yang akan
datang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur sebagai sumber daya agar hasil
yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut
(Kauffman, 1972 : 38) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber yang untuk mencapai
tujuan itu seefektif dan seefisien mungkin .Dalam setiap perencanaan selalu
terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan dibedakan tetepi tidak
dapat dipisahkan. Kegiatan dimaksud meliputi :
a)
perumusan tujuan
yang ingin dicapai
b)
pemilihan
program untuk mencapai tujuan itu
c)
identifikasi dan
pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas
Perencanaan
sering disebut juga sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atsu jurang
antara keadaan masa kini dan keadaan masa yang akan datang. Perencanaan yang
baik hendaknya memperhatikan sifat-sifat kondisi yang akan datang ,dimana
keputusan dan tindakan efektif dilaksanakan. Itulah sebabnya berdasarkan kurun
waktunya dikenal perencanaan tahunan atau rencana jangka pendek (kurang dari
lima tahun), perencanaan jangka menengah/ sedang (5 -10 tahun), dan rencana
jangka panjang (di atas 10 tahun).
Dalam
konteks pendidikan di indonesia, model perencanaan pendidikan yang digunakan
adalah mengadopsi model PPBS (planning,
programming, budgetting system) yang disebut SP4 (Sistem Perencanaan
Penyusunan Program dan Penganggaran). Esensi dari kegiatan perencanaan dengan
model ini adalah sebagai berikut :
a)
Memerinci secara
cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai;
b)
Mencari
alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan;
c)
Menggambarkan
biaya total dari setiap alternatif, baik biaya langsung ataupun tidak
langsung,biaya telah lewat atau biaya yang akan datang, baik biaya yang berupa
uang maupun biaya yang tidak berupa uang;
d) Memberikan
gambaran tentang efektivitas setiap alternatif dan bagaimana alternatif itu
mencapai tujuan;
e)
Membandingkan
dan menganalisis alternatif tersebut, yaitu mencari kombinasi yang yang
memberikan efektivitas yang paling besar dari sumber yang ada dalam pencapaian
tujuan (Suriasumantri, 1980 : 28)
2.
Pengorganisasian
(Organizing)
Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang
juga mempunyai peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui
fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang di miliki oleh organisasi
(manusia dan bukan manusia) akan diatur penggunanya secara efektif dan efesien
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur bebagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas
pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan definisi tersebut maka fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang
ada kaitannya dengan personil, finansial, material dan tata cara untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah disepakati bersama.
Dengan
mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang maneger dapat mengetahui:
~
pembagian tugas untuk perorangan atau kelompok
~
hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota dan staf organisasi
~
pendelegasian wewenang
~
pemanfaatan dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
Enam
langkah penting dalam menyusun fungsi pengorganisasian yaitu :
a. tujuan organisasi harus dipahami
oleh staf
b. membagi habis pekerjaan dalam bentuk
kegiatan pokok untuk mencapai tujuan
c. menggolongkan kegiatan pokok kedalam
suatu kegiatan yang praktis kedalam elemen
kegiatan
d. menetapakan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan
untuk melaksanakan tugasnya.
e. penugasan personel yang dipandang
mampu melaksanakan tugas
f. mendelegasikan wewenang
Dalam
kajian manajemen, istilah pengorganisasian digunakan untuk menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Cara
manager merancang struktur formal untuk penggunakan sumber daya-sumber daya
keuangan, phisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi yang paling efektif;
b. Bagaimana
organisasi mengelompokkankegiatan-kegiatannya, dimana setiap pengelompokkan
diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi
anggota-anggota kelompok;
c. Hubungan-hubungan
antara fungsi, jabatan, dan tugas para karyawan;
d. Cara
manajer membagi tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam organisasinya dan
mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas.
Dalam
pengertian yang lebih utuh, Handoko (1992:168) menyatakan bahwa
pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara
para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dalam
tiga langkah prosedur sebagai berikut:
a. Pemerincian
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi;
b. Pembagian
beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secar logis dapat
dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat
sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu
menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu;
c. Pengadaan
dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme
pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya
pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan dan konflik-konflik
yang merusak.
Pandangan
lain mengenai isu pengorganisasian dikemukakan oleh Stoner (1986:62) yang
menyatakan bahwa pengorganisasian merupakan proses yang berlangkah jamak yang
terdiri dari lima tahap.
Pertama,
memerinci pekerjaan, yaitu menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua,
membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan aoleh
perorangan atau perkelompok. Dalam tahap ini perlu diperhatikan bahwa
orang-orang yang akan diserahi tugas harus didasarkan pada kualifikasi, tidak
dibebani terlalu berat, dan juga tidak terlalu ringan. Ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang
rasional dan efisien. Keempat,
menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam suatu
kesatuan yang harmonis. Kelima,
melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan dan meningkatkan efektifitas.
3.
Penggerakan
(actuating)
Penggerakan merupakan fungsi
fundamental dalam manajemen. Penggerakan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar mau sab ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien, efektof, dan ekonomi.
Isu yang selalu mengemuka dalam
pembahasan fungsi penggerakan adalah berkenaan dengan pentingnya fungsi ini
dalam keseluruhan kegiatan manajemen, karena secara langsung ia berkaitan
dengan manusia beserta segala jenis kepentingan dan kebutuhannya. Sekaitan dengan
perkembangan teori manajemen yang dikenal dengan ‘’Gerakan Human Relation”, diajukan konsep yang dikenal dengan
istilah the ten commandments of human
relations, yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan fungsi
penggerakan. Isi dari prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sinkronisasi
antara tujuan organisasi dengan tujuan anggota organisasi
b. Suasana
kerja yang menyenagkan
c. Hubungan
kerja yang serasi
d. Tidak
memperlakukan bawahan sebagai mesin
e. Pengembanggan
kemampuan bawahan sampai tingkat maksimal
f. Pekerjaan
yang menarik dan penuh tantangan
g. Pengakuan
dan penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi
h. Tersediannya
sarana dan prasarana yang memadai
i. Penempatan
personil secara tepat
j. Imbalan
yang sesuai dengan jasa yang diberikan
Dalam
penyajian yang lebih spesifik Siagian (1992;1370, mengemukakan sepuluh prinsip
pokok menggerakan anggota organisasi yang berbingkai”human relations” yaitu :
1.
Para anggota
organisasi akan bersedia mengerahkan segala kemampuan, tenaga, keahlian,
ketrampilan dan waktunya bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila
kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang hakikat, bentuk dan
sifat tujuan yang hendak dicapai orang itu.
2.
Karena itu
amatlah penting mengusahakan agar setiap orang dalam organisasi menyadari,
memahami secara tepat, dan menerima tujuan tersebut bukan saja sebagai sesuatu
yang layak untuk dicapai, akan tetapi juga sebagai wahana terbaik untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan
3.
Usaha meyakinkan
para anggota organisasi untuk memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran
tersebut diperkirakan para bawahanya bahwa dalam mengemudikan organisasi, para
menejer tersebut akan menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan pengakuan
atas harkat dan martabat para bawahannya sebagai insan politik, insan ekonomi,
makhluk sosial dan sebagai individu dengan jati diri yang bersifat khas
4.
Pimpinan
organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksannan yang akan ditempuh
oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan
dan berbagai sasaran organisasional yang sekaligus berusaha memuaskan
berbagai kebutuhan para bawahan tersebut
5.
Para manajer
perlu menjelaskan bentuk pewadahan kegiatan yang dianggap paling tepat untuk
digunakan , dengan penekanan diberikan kepada interaksi positif antara
orang-orang dalam satu-satuan kerja dan
antar satuan kerja dalam organisasi yang telah di sepakati bersama
6.
Perlu dijelaskan
kepada para anggota organisasi, tingkat kedewasaan dan kematangan teknik dan
intelektual apa yang diharapkan dari para anggota organisasi sehinga manajemen dapat mencari
keseimbangan antara orientasai tugas dan orientasi manusia dalam menjalankan
roda organisasi
7.
Diperlukan
penekanan yang tepat mengenai pentingnya kerjasama dalam melaksanakan tugas
meski pun dalam organisasi terdapat
pembagian tugas, perkelompokan dalam berbagai satuan kerja dan pengetahuan atau
keterampilan yang bersifat spesialistik
8.
Para manajer
perlu memahami berbagai jenis kategorisasi kebutuhan manusia berdasarkan teori
ilmiah dan menguasai situasi dan kondisi yang berpengaruh sehingga teknik
pemuasan yang paling tepat dapat dipilih dan diterapkan
9.
Dalam
mengemudikan organisasi para manajer harus bisa menunjukan bahwa dengan penggunaan
gaya manajerial tertentu, mereka bertindak secara rasional dan objektif
berdasarkan kriteria dan” takaran-takaran” tertentu yang disepakati bersama
10. Dalam
menggerakan para bawahan para manajer harus selalu mempertimbangkan pandangan
para bawahan tentang organisasi, kemampuan yang dimiliki oleh organisasi dan
situasi lingkungan yang turut berpengaruh
4.
Pengawasan
(controlling)
a.
Pengertian dan
Proses Dasar Pengawasan
Pengawasan
merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin
bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengawasan mutlak diselenggarakan oleh manager yang
secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknik yang diselenggarakan
oleh semua petugas operasional. Proses dasar pengawasan terdiri atas tiga
tahap, yaitu:
1. Penentuan
Standar Hasil Kerja
Standar
hasil pekerjaan perlu ditentukan agar hasil pekerjaan dapat diuji dan dapat
dinyatakan teah memenuhi tuntutan rencana atau tidak. Standar hsil itu dapat
berupa fisik, misalnya kuantitas barang yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,
jumlah jam kerja yang digunakan, kecepatan penyelesaian tugas, jumlah atau
tingkat penolakan terhadap barang yang
dihasilkan, dan sebagainya.
2. Pengukuran
Prestasi Kerja
Pengukuran
tersebut akan member petunjuk tentang ada tidaknya gejala-gejala penyimpangan
dari rencana yang telah ditetapkan. Pengukuran prestasi kerja terdiri dari dua
jenis, yaitu relatif mudah yang standar pemenuhannya bersifat kongkret dan
merupakan pekerjaan yang bersifat teknis. Selain itu, ada juga pengukuran yang
sulit misalnya jumlah keputusan yang diambil seseorang tidak identik dengan
efektivitas kepemimpinan seseorang.
3. Koreksi
terhadap Penyimpangan
Meskipun
bersifat sementara, tindakan korektif terhadap gejala penyimpangan,
pemyelewengan, dan pemborosan harus bisa diambil.
b.
Pengawasan yang Efektif
Pengawasan
yang efektif harus melibatkan semua tingkat manajer dari tingkat atas sampai tingkat
bawah, dan kelompok- kelompok kerja. Konsep pengawasan efektif mengacu pada pengawasan
mutu terpadu atau Total Quality Control
(TQC). Fingenbaun (1989: 46) menyatakan bahwa:
Total Quality Control
is an effective system for integrating the quality development, quality
maintenance and quality improvement efforts of the various group in an
organization so as to enable marketing, engineering, production, and service at
the most economical levels which allow for full customer satisfication.
Di
dalam dunia pendidikan TQC akan dapat efektif
jika pada setiap tingkatan pendidikan mempunyai keterpaduan, kerjasama
yang baik antara kelompok kerja (guru) dan pimpinan dalam melakukan pengawasan mutu.
Partisipasi penuh setiap tingkatan atau kelompok dalam melakukan pengawasan mutubiasanya
disebut dengan Gugus Kendali Mutu (GKM) yang bertujuan menjamin keberhasilan pengendalian
mutu terpadu. Prinsip yang dipergunakan adalah kontribusi setiap anggota dan
ide diterima dipertimbangkan yang relevan dengan program dan nilai-nilai yang
dimiliki. Dalam hal ini tidak dikenal hubungan atasan dan bawahan, tetapi yang
memiliki komitmen sama demi perbaiki mutu.
Beberapa
kondisi yang harus diperhatikan untuk mewujudkan pengawasan yang efektif, yang
sebagaiberikut:
1. Pengawasan
harus dikaitkan dengan tujuan dan kriteria yang dipergunakan dalam system pendidikan,
yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi dan produktivitas. Tujuan-tujuan pendidikan
dalam berbagai pendidikan dalam berbagai tingkatan, mulai Tujuan Pendidikan Nasional
(GBHN), Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, Tujuan-tujuan Mata Pelajaran
(TIU, TIK). Agar standar pengawasan pendidikan ini berfungsi efektif semua itu harus
dipahami dan diterima oleh setiap anggota organisasi sebagai bagian internal
dari system pendidikan.
2. Sekalipun
sulit tetapi standar yang masih dapat dicapai
harus ditentukan. Ada dua tujuan pokok,
yaitu: untuk memotivasi dan untuk dijadikan patokan guna membandingkan dengan prestasi.
Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat memotivasi seluruh anggota untuk
mencapai prestasi yang tinggi.
3. Pengawasan
hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Disini perlu diperhatikan
pola dan tata organisasi seperti; susunan, peraturan, kewenangan dan tugas-tugas
yang telah digariskan dalam uraian tugas (job-desc).
4. Frekuensi
pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan terlampau sering
ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu
sebagai pengekangan.
5. Sistem
pengawasan harus dikemudi, artinya system pengawasan menunjukkan kapan dan tindakan
korektif harus diambil.
6. Pengawasan
hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu menemukan masalah,
menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan,
mengecek hasil perbaikan dan mencegah timbulnya masalah yang serupa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
a)
Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan
dasar yang berhubungan secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen
secara umum, yaitu proses perencanaan,
proses
pengorganisasian, proses
pelaksanaan dan proses
pengendalian, dalam rangka mencapai sesuatu tujuan
secara ekonomis. Sesungguhnya keempat proses itu merupakan hasil ikhtisar dari
pelbagai pendapat praktisi dan ahli mengenai manajemen.Secara garis besar, ada
empat proses managemen sekolah, yaitu:
1.
Planning (perencanaan);
2.
Organizing (pengorganisasian);
3.
Actuating (pelaksanaan); dan
4.
Controlling (pengawasan).
b)
Perencanaan
tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
c)
Pengorganisasian
pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah
dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas
siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
d)
Pelaksanaan
(actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap
karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas
dan tanggung jawabnya.
e)
Pengawasan
merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan
dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan
bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
B. Saran
1. Setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan
yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien,
pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
2. Seorang manager, di samping harus mampu melaksanakan proses
manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk
memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bacal, Robert.
2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Samani, Muchlas
dkk. 2009. Manajemen Sekolah: Panduan Praktis Pengelolaan Sekolah.
AKN.
Sutomo. Dkk.
2011. Manajemen Sekolah. Semarang: LP3 UNNES
No comments:
Post a Comment